Pages

Pages - Menu

Senin, 09 Desember 2013

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM CERITA FIKSI ANAK




ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM CERITA FIKSI ANAK

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah


oleh :
Winda Ulfah Adhiyani
NIM  1101304














PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012

Harimau dan Kucing

Dahulu kala, Kucing adalah guru harimau. Kucing, Sang Guru berwarna Putih, berekor panjang, nampak gemuk dan menggemaskan. Sedangkan Sang Murid, Harimau sebenarnya hampir mirip dengan Kucing, namun berperawakan besar dengan tubuh berwarna orange dan dihiasi garis-garis loreng yang berwarna hitam, Taringnya besar dan tajam dan terlihat seram. Mereka sangat akrab dan saling menyayangi satu sama lain. Kucing dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan. Harimau dengan suka cita dan penuh semangat menimba ilmu dari Gurunya.  Hari ini adalah pelajaran mengintip mangsa, Kucing mengajari Harimau keahlian untuk mengintip mangsa dari balik semak-semak dan mengajarkan kesabaran dan waktu yang tepat untuk mengejar mangsanya. Harimau belum mewarisi ilmu kesabaran yang diajarkan oleh kucing. Harimau dikenal cepat sekali naik darah. Namun Kucing tetap sabar dalam mengajari Harimau agar bisa menjadi sosok yang mandiri. Karena belum menguasai dengan sempurna ilmu ini, untuk sementara Kucinglah yang setiap hari memberi makan harimau dengan berburu tikus di hutan tersebut. Tak terbayang berapa puluh tikus yang harus ditangkap oleh Kucing itu untuk menghidupi Harimau. Namun Kucing tak pernah mengeluh, kucing itu  ikhlas melakukannya.
Berkat kesabaran Kucing dalam mendidik Harimau akhirnya Harimau berhasil juga  menguasai jurus berburu yang ampuh warisan dari Kucing. Sekarang tak pernah sekalipun Harimau gagal dalam memburu mangsa di hutan tersebut. Setiap hari Ia memamerkan keahliannya kepada Kucing.
Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa wajahnya pagi itu.
“Guru!!! Lihatlah aku guru, aku akan menagkap seekor kijang di sana, cepatlah kemari Guru!!!, Lihatlah bagaimana aku akan menangkap Kijang itu” Ujar Harimau pada Gurunya.
“Oiya, Kau memang semakin hebat sekarang muridku, aku suka semangatmu…” Ujar Kucing sambil tersenyum. Tak ingin mengecewakan muridnya yang ia sayangi itu, Kucing bergegas turun dan menemani muridnya mengintai sekawanan Kijang yang sedang mencari makan di pagi itu.
Harimau itu mengendap-endap dan bersembunyi di antara rimbunnya semak belukar yang tumbuh di sekitar daerah itu.
“SSssssssst….. Guru…. lihatlah Guru…. aku akan menangkap kijang yang sedang makan itu, Lihat Aku Guru!!!!” Ujar Harimau kepada Gurunya yang sedang duduk di sampingnya.
“Iya muridku, Aku percaya kamu pasti akan berhasil menangkapnya” Jawab Kucing itu.
Harimau itu mengintai dengan penuh kecermatan, mengamati setiap gerak-gerik mangsa yang akan diburunya. Ia masih memilih Kijang yang mana yang akan ia kejar untuk dijadikan mangsa. Akhirnya waktu yang tepat telah tiba, ada seekor kijang yang lengah dan tidak mengetahui bahwa ada Harimau yang sedang mengintainya dan…
“Slapp!!!, GGGGrrrgggghhhhh…..” Harimau melompat dari tempat persembunyiannya dan berusaha menerkam Kijang Itu. Kijang itu tersentak kaget, dan segera melompat untuk menyelamatkan diri. Namun terlambat jarak Harimau itu terlalu dekat baginya, sehingga tanpa perlawanan yang berarti, dalam beberapa langkah larinya, Kijang malang itu tertangkap oleh Sang Harimau yang sedang lapar itu. Ia tak kuasa melawan cengkeraman Harimau itu, akhirnya Kijang itu mati di tangan Harimau itu. Kucing bertepuk tangan merayakan keberhasilan muridnya itu.
“Kau benar-benar mumpuni sekarang, gerakanmu lincah, cepat dan tepat” Ujar Kucing membesarkan hati muridnya.
“Hua..ha…. inilah aku Guru, aku memang hebat tak terkalahkan… Aku kan menguasai hutan ini!!!” Jawab harimau itu sambil tertawa terbahak-bahak.
“Hhhhhmmmh…. Gunakan dengan bijak muridku, kau harus jadi pelindung bagi hutan ini” Kucing mencoba mengingatkan agar Harimau lebih bijaksana dalam menggunakan ilmunya.
“Akan aku pikirkan itu Guru!!!” sekarang biarkan aku makan dulu ya… aku Lapar sekali…”
“Baiklah, kalau begitu aku akan membersihkan rumah dulu” Jawab kucing itu pergi meninggalkan Harimau.
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri. Kalau dulu harimau membunuh Kijang dewasa untuk makan, sekarang ia telah berani membunuh anak Kijang atau rusa hanya untuk kesenangan saja, keamanan dan ketentraman hutan menjadi terganggu.
Suatu hari Harimau bertandang ke kediaman Kucing Gurunya.
“Hai Guru!!!, aku sekarang telah berhasil menguasai hutan ini, namun ada satu hal yang ingin aku minta darimu….. Aku membutuhkannya” Harimau berteriak kencang ke atas pohon jati Hutan tersebut. Kucing yang sedang bersemedi kaget dan bergegas keluar.
“Waduh, muridku… lama sekali kau tidak menengokku… bagaimana keadaanmu sekarang???” Jawab Kucing bergegas turun menemui muridnya itu. Kucing itu mencoba menata hatinya yang masih tersentak mendengar ucapan muridnya yang kurang sopan itu.
“Ah, tidak usah basa-basi Guru, Ajarkan aku cara memanjat pohon, aku harus menaklukkan bajing, tupai, burung dan binatang lainnya, aku ingin mengalahkan semua penghuni hutan di sini, biar mereka tahu bahwa akulah penguasa hutan ini, Hua…ha…. ha… Grrrrgggghhh!!!, ajarkan ilmu itu kepadaku Guru!!!!” Harimau itu semakin kurang ajar.
“Belum saatnya kau mempelajari ilmu itu muridku, suatu saat nanti aku akan memberikannya kepadamu, bersabarlah, kau harus belajar bijak muridku….. hentikanlah ambisimu itu muridku, jadilah kau pengayom bagi penghuni hutan ini Muridku…. ” Kucing mencoba tetap bersabar menghadapi tingkah laku muridnya yang semakin kurang ajar itu.
“Ah…Kau terlalu lemah rupanya Guru, Cepat kau ajarkan ilmu itu kepadaku, atau aku akan mem…..” Harimau semakin hilang kendali.
“Kau akan apa????, Jawab!!!” Kucing itu tersentak kaget mendengar ucapan muridnya itu.
“Aku Kan membunuhmu!!!!!, aku harus menghancurkan siapapun yang menghalangi langkahku untuk menjadi penguasa hutan ini….. “Grrrrggghhhh!!!!!” Kemarahan Harimau semakain memuncak, ambisi untuk mengusai hutan telah menutup mata hatinya, bahwa di hadapannya adalah Gurunya.
“HHHHmmmmhhhh… Kau benar-benar berubah sekarang muridku, sadarlah muridku…..” Jawab Kucing itu mencoba meenenangkan muridnya.
“Ah, dasar Kucing tak tahu di untung!!!!!!, Akau akan membunuhmu……………!!!!!” Harimau segera memasang kuda-kuda dan menerkam Gurunya.
Kucing tak kalah sigap, dengan secepat kilat ia segera menghindar dan melompat ke atas pohon. Air matanya jatuh menetes melihat keberingasan murid yang ia sayangi itu. Ia duduk di dahan pohon Randu Hutan yang selama ini ia jadikan rumahnya. Harimau menunggu di bawah dan mengaum keras, menahan segala rasa marahnya.
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, Harimau itu lelah juga.
“hai Kucing tak tahu diuntung, aku akan membiarkanmu pergi, aku tak ingin melihat wajahmu lagi di sini… pergilah kau jauh-jauh, jangan samapai aku mencium bau kotoranmu, karena kalau samapai aku mencium aroma kotoranmu akau tak segan-segan akan membunuhmu dan seluruh keturunanmu” Harimau itu bergegas pergi meninggalkan pohon randu Hutan itu.
Dengan penuh kesedihan dan luka hati yang dalam Kucing itu pergi meninggalkan hutan itu menuju perkampungan di pinggir hutan. Kucing itu selalu mengingat ucapan Harimau itu. Setiap kali membuang hajat ia akan menutupinya dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang tercium keluar. Ia wariskan pengetahuan itu kepada seluruh anak dan cucu-cucunya agar setiap kali membuang kotoran, kotoran itu harus ditimbun dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang keluar agar Harimau tidak datang untuk membunuhnya.


UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

Unsur-unsur intrinsik dari cerita “Harimau dan Kucing” diantaranya :
1.      Tema
Adapun tema dari cerita fiksi Harimau dan Kucing adalah kesombongan murid yang lupa dengan gurunya. Hal ini dapat dilihat dari cerita Harimau yang lupa diri ingin menguasai hutan dan lupa terhadap Kucing yang sebagai gurunya yang telah mengajarkan ilmu kepada harimau. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri. Kalau dulu harimau membunuh Kijang dewasa untuk makan, sekarang ia telah berani membunuh anak Kijang atau rusa hanya untuk kesenangan saja, keamanan dan ketentraman hutan menjadi terganggu.

2.      Alur/Plot
Alur dari cerita Harimau dan Kucing adalah alur maju. Dimana cerita mempunyai rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
Kutipan cerita:
Dahulu kala, Kucing adalah guru harimau. Kucing, Sang Guru berwarna Putih, berekor panjang, nampak gemuk dan menggemaskan. Sedangkan Sang Murid, Harimau sebenarnya hampir mirip dengan Kucing, namun berperawakan besar dengan tubuh berwarna orange dan dihiasi garis-garis loreng yang berwarna hitam, Taringnya besar dan tajam dan terlihat seram.
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri.
Alur meliputi beberapa tahap, dalam cerita ini tahapnya yaitu :
  1. Pengantar
Adapun pengantar dari cerita ini terjadi di hutan, Harimau merupakan murid dari Kucing. Kutipan dari cerita:
Dahulu kala, Kucing adalah guru harimau. Kucing, Sang Guru berwarna Putih, berekor panjang, nampak gemuk dan menggemaskan. Sedangkan Sang Murid, Harimau sebenarnya hampir mirip dengan Kucing, namun berperawakan besar dengan tubuh berwarna orange dan dihiasi garis-garis loreng yang berwarna hitam, Taringnya besar dan tajam dan terlihat seram. Mereka sangat akrab dan saling menyayangi satu sama lain. Kucing dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan. Harimau dengan suka cita dan penuh semangat menimba ilmu dari Gurunya.
  1. Penampilan masalah
Penampilan masalah dari cerita ini yaitu Harimau  semakin lama semakin mahir dengan ilmu yang diberikan oleh Kucing, dan Harimaupun semakin lupa diri dan ingin menguasai hutan. Kutipan cerita :
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri. Kalau dulu harimau membunuh Kijang dewasa untuk makan, sekarang ia telah berani membunuh anak Kijang atau rusa hanya untuk kesenangan saja, keamanan dan ketentraman hutan menjadi terganggu.
  1. Puncak ketegangan / klimaks 
Klimaks dari cerita ini yaitu ketika Harimau ingin menguasai seluruh isi hutan dan ia meminta kepada Kucing sang gurunya untuk memberikan ilmu memanjat pohon agar ia bisa menangkap burung dan tupai, sehingga ia dapat menguasai hutan, namun Kucing tidak memberikannya dan Harimau pun mengancam untuk membunnuhnya.
“Aku Kan membunuhmu!!!!!, aku harus menghancurkan siapapun yang menghalangi langkahku untuk menjadi penguasa hutan ini….. “Grrrrggghhhh!!!!!” Kemarahan Harimau semakain memuncak, ambisi untuk mengusai hutan telah menutup mata hatinya, bahwa di hadapannya adalah Gurunya.
  1. Ketegangan menurun / antiklimaks 
Ketika masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang, yaitu ketika Harimau sudah lelah menunggu Kucing dan ia pun meninggalkannya dan ia mengusir kucing itu dari hutan.
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, Harimau itu lelah juga.
“hai Kucing tak tahu diuntung, aku akan membiarkanmu pergi, aku tak ingin melihat wajahmu lagi di sini… pergilah kau jauh-jauh, jangan samapai aku mencium bau kotoranmu, karena kalau samapai aku mencium aroma kotoranmu akau tak segan-segan akan membunuhmu dan seluruh keturunanmu” Harimau itu bergegas pergi meninggalkan pohon randu Hutan itu.
  1. Penyelesaian / resolusi 
Ketika masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan, yaitu kucing pergi meninggalkan hutan itu.
Dengan penuh kesedihan dan luka hati yang dalam Kucing itu pergi meninggalkan hutan itu menuju perkampungan di pinggir hutan. Kucing itu selalu mengingat ucapan Harimau itu. Setiap kali membuang hajat ia akan menutupinya dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang tercium keluar. Ia wariskan pengetahuan itu kepada seluruh anak dan cucu-cucunya agar setiap kali membuang kotoran, kotoran itu harus ditimbun dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang keluar agar Harimau tidak datang untuk membunuhnya.

3.      Tokoh/Penokohan
Adapun tokoh dan penokohan dalam cerita fiksi Harimau dan Kucing ini, diantaranya:
a.       Kucing dalam cerita ini adalah tokoh yang protagonis. Kucing digambarkan dengan watak yang sabar.
b.      Harimau dalam cerita ini adalah tokoh yang antagonis, harimau digambarkan dengan watak yang sombong dengan kemampuannya.
Cara penggambaran watak dari tokoh yang ada dalam cerita ini yaitu dengan cara analitik, dimana pengarang menceritakan atau menjelaskan watak tokoh cerita secara langsung. Kutipan cerita :
a.       Kucing :
Kucing dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan.
b.     Harimau :
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu.

4.      Latar/Setting
Dalam cerita fiksi, latar dibagi menjadi 3 yaitu :
a.    Latar tempat
Adapun latar tempat dalam cerita ini yaitu di dalam hutan. Kutipan cerita: Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa wajahnya pagi itu.
b.   Latar waktu
Adapun latar waktu dalam cerita ini yaitu pada pagi hari. Kutipan cerita : Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa wajahnya pagi itu.
c.    Latar social
Adapun latar social dalam cerita tersebut yaitu kehidupan harimau di huutan yaitu untuk bebrburu mangsanya. Kutipan cerita :
Kucing dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan.
d.   Suasana
Adapun suasana dalam cerita tersebut yaitu tegang dan sedih. Ketika harimau ingin membunuh kucing, dan kucing merasa sedih melihat tingkah laku muridnya yaitu harimau menjadi sombong dan lupa diri.

5.      Sudut pandang/Point of View
Dalam cerita ini penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view). Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh dalam cerita selalu menyebutkan nama, atau kata gantinya: ia, dia. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Kutipan Cerita :
Kucing tak kalah sigap, dengan secepat kilat ia segera menghindar dan melompat ke atas pohon. Air matanya jatuh menetes melihat keberingasan murid yang ia sayangi itu. Ia duduk di dahan pohon Randu Hutan yang selama ini ia jadikan rumahnya. Harimau menunggu di bawah dan mengaum keras, menahan segala rasa marahnya.

6.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam cerita tersebut yaitu adanya diksi atau pemilihan kata yang tepat yang sesuai dengan tema dan persoalan, latar, waktu yang ada dalam cerita tersebut. Selain diksi ada pula gaya bahasa yang tetrdapat dalam cerita tersebut yaitu gaya bahasa Personifikasi dimana penulis menggambarkan benda/material seperti sifat manusia.
Kutipan cerita :
Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu.

7.      Amanat
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak sombong dengan apa yang kita punya, dan jangan sampai seperti kacang yang lupa dengan kulitnya. Kita harus selalu ingat kepada orang yang telah memberikan ilmu atau jasa kepada kita.

Unsur-unsur Ekstrinsik dalam cerita “Harimau dan Kucing” yaitu :
1.      Nilai Agama
Adapun nilai agama yang terdapat di dalam cerita tersebut yaitu harus saling menghargai sesama ciptaan sang Maha Kuasa. Selain itu, kita jangan takabur dengan kemampuan yang kita miliki, dan harus selalu rendah hati.

2.      Nilai Moral
Adapun nilai moral yang terkandung dalam cerita tersebut yaitu jangan jadi orang yang sombong dengan apa yang kita miliki, harus selalu ingat dan menghormati orang yang telah memberikan ilmu dan jasa kepada kita. Selain itu, sebagai guru kita harus sabar menghadapi muridnya.

3.      Nilai Budaya
Kebiasaan yang dilakukan harus sesuai dengan kodratnya. Misalnya berburu hanya untuk mencari makan saja, jangan sampai hanya ingin menjadi penguasa.

4.      Nilai Sosial
Harus saling menghormati kepada yang lebih tua dan harus saling menghargai dengan sesama.

5.      Nilai Politik
Menjadi penguasa bukan hanya untuk menindas yang lemah.menjadi penguasa jangan menjadi sombong dan takabur.

6.      Nilai Sastra
Nilai-nilai sastra yang tersirat dalam cerita ini adalah nilai-nilai yang mendorong seseorang untuk menghargai gurunya yang telah memberikan ilmu.


DAFTAR PUSTAKA

Triyanto, Fajar. (2012). Dongeng Harimau dan Kucing. [Online]. Tersedia: http://fiksi.kompasiana.com/dongeng/2012/05/20/dongeng-harimau-dan-kucing/. [23 Mei 2012] .

2 komentar:

  1. analisis yang hebat..
    ilmu yang bermanfaat

    BalasHapus
  2. makasih dongeng dan tulisannya.
    masukan nih ....
    kok kelas rendah sih mbak...? kalau ada rendah ada tinggi.
    gunakan istilah kelas bawah (1-3)dan kelas atas (4-6)

    BalasHapus