ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM
CERITA FIKSI ANAK
LAPORAN
diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah
oleh :
Winda Ulfah
Adhiyani
NIM 1101304
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
Harimau dan Kucing
Dahulu kala, Kucing
adalah guru harimau. Kucing, Sang Guru berwarna Putih, berekor panjang, nampak
gemuk dan menggemaskan. Sedangkan Sang Murid, Harimau sebenarnya hampir mirip
dengan Kucing, namun berperawakan besar dengan tubuh berwarna orange dan
dihiasi garis-garis loreng yang berwarna hitam, Taringnya besar dan tajam dan
terlihat seram. Mereka sangat akrab dan saling menyayangi satu sama lain.
Kucing dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan.
Harimau dengan suka cita dan penuh semangat menimba ilmu dari Gurunya.
Hari ini adalah pelajaran mengintip mangsa, Kucing mengajari Harimau keahlian
untuk mengintip mangsa dari balik semak-semak dan mengajarkan kesabaran dan
waktu yang tepat untuk mengejar mangsanya. Harimau belum mewarisi ilmu
kesabaran yang diajarkan oleh kucing. Harimau dikenal cepat sekali naik darah.
Namun Kucing tetap sabar dalam mengajari Harimau agar bisa menjadi sosok yang
mandiri. Karena belum menguasai dengan sempurna ilmu ini, untuk sementara
Kucinglah yang setiap hari memberi makan harimau dengan berburu tikus di hutan
tersebut. Tak terbayang berapa puluh tikus yang harus ditangkap oleh Kucing itu
untuk menghidupi Harimau. Namun Kucing tak pernah mengeluh, kucing itu
ikhlas melakukannya.
Berkat kesabaran Kucing
dalam mendidik Harimau akhirnya Harimau berhasil juga menguasai jurus
berburu yang ampuh warisan dari Kucing. Sekarang tak pernah sekalipun Harimau
gagal dalam memburu mangsa di hutan tersebut. Setiap hari Ia memamerkan
keahliannya kepada Kucing.
Pagi hari menjelang,
Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam
hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar
matahari yang menerpa wajahnya pagi itu.
“Guru!!! Lihatlah aku
guru, aku akan menagkap seekor kijang di sana, cepatlah kemari Guru!!!,
Lihatlah bagaimana aku akan menangkap Kijang itu” Ujar Harimau pada Gurunya.
“Oiya, Kau memang semakin
hebat sekarang muridku, aku suka semangatmu…” Ujar Kucing sambil tersenyum. Tak
ingin mengecewakan muridnya yang ia sayangi itu, Kucing bergegas turun dan
menemani muridnya mengintai sekawanan Kijang yang sedang mencari makan di pagi
itu.
Harimau itu
mengendap-endap dan bersembunyi di antara rimbunnya semak belukar yang tumbuh
di sekitar daerah itu.
“SSssssssst….. Guru….
lihatlah Guru…. aku akan menangkap kijang yang sedang makan itu, Lihat Aku
Guru!!!!” Ujar Harimau kepada Gurunya yang sedang duduk di sampingnya.
“Iya muridku, Aku percaya
kamu pasti akan berhasil menangkapnya” Jawab Kucing itu.
Harimau itu mengintai
dengan penuh kecermatan, mengamati setiap gerak-gerik mangsa yang akan
diburunya. Ia masih memilih Kijang yang mana yang akan ia kejar untuk dijadikan
mangsa. Akhirnya waktu yang tepat telah tiba, ada seekor kijang yang lengah dan
tidak mengetahui bahwa ada Harimau yang sedang mengintainya dan…
“Slapp!!!,
GGGGrrrgggghhhhh…..” Harimau melompat dari tempat persembunyiannya dan berusaha
menerkam Kijang Itu. Kijang itu tersentak kaget, dan segera melompat untuk
menyelamatkan diri. Namun terlambat jarak Harimau itu terlalu dekat baginya,
sehingga tanpa perlawanan yang berarti, dalam beberapa langkah larinya, Kijang
malang itu tertangkap oleh Sang Harimau yang sedang lapar itu. Ia tak kuasa
melawan cengkeraman Harimau itu, akhirnya Kijang itu mati di tangan Harimau
itu. Kucing bertepuk tangan merayakan keberhasilan muridnya itu.
“Kau benar-benar mumpuni
sekarang, gerakanmu lincah, cepat dan tepat” Ujar Kucing membesarkan hati
muridnya.
“Hua..ha…. inilah aku
Guru, aku memang hebat tak terkalahkan… Aku kan menguasai hutan ini!!!” Jawab
harimau itu sambil tertawa terbahak-bahak.
“Hhhhhmmmh…. Gunakan
dengan bijak muridku, kau harus jadi pelindung bagi hutan ini” Kucing mencoba
mengingatkan agar Harimau lebih bijaksana dalam menggunakan ilmunya.
“Akan aku pikirkan itu
Guru!!!” sekarang biarkan aku makan dulu ya… aku Lapar sekali…”
“Baiklah, kalau begitu
aku akan membersihkan rumah dulu” Jawab kucing itu pergi meninggalkan Harimau.
Waktu terus berlalu,
semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan
penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang
menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri. Kalau dulu harimau membunuh
Kijang dewasa untuk makan, sekarang ia telah berani membunuh anak Kijang atau
rusa hanya untuk kesenangan saja, keamanan dan ketentraman hutan menjadi
terganggu.
Suatu hari Harimau
bertandang ke kediaman Kucing Gurunya.
“Hai Guru!!!, aku
sekarang telah berhasil menguasai hutan ini, namun ada satu hal yang ingin aku
minta darimu….. Aku membutuhkannya” Harimau berteriak kencang ke atas pohon
jati Hutan tersebut. Kucing yang sedang bersemedi kaget dan bergegas keluar.
“Waduh, muridku… lama
sekali kau tidak menengokku… bagaimana keadaanmu sekarang???” Jawab Kucing
bergegas turun menemui muridnya itu. Kucing itu mencoba menata hatinya yang
masih tersentak mendengar ucapan muridnya yang kurang sopan itu.
“Ah, tidak usah basa-basi
Guru, Ajarkan aku cara memanjat pohon, aku harus menaklukkan bajing, tupai,
burung dan binatang lainnya, aku ingin mengalahkan semua penghuni hutan di
sini, biar mereka tahu bahwa akulah penguasa hutan ini, Hua…ha…. ha…
Grrrrgggghhh!!!, ajarkan ilmu itu kepadaku Guru!!!!” Harimau itu semakin kurang
ajar.
“Belum saatnya kau
mempelajari ilmu itu muridku, suatu saat nanti aku akan memberikannya kepadamu,
bersabarlah, kau harus belajar bijak muridku….. hentikanlah ambisimu itu
muridku, jadilah kau pengayom bagi penghuni hutan ini Muridku…. ” Kucing
mencoba tetap bersabar menghadapi tingkah laku muridnya yang semakin kurang
ajar itu.
“Ah…Kau terlalu lemah
rupanya Guru, Cepat kau ajarkan ilmu itu kepadaku, atau aku akan mem…..”
Harimau semakin hilang kendali.
“Kau akan apa????,
Jawab!!!” Kucing itu tersentak kaget mendengar ucapan muridnya itu.
“Aku Kan membunuhmu!!!!!,
aku harus menghancurkan siapapun yang menghalangi langkahku untuk menjadi
penguasa hutan ini….. “Grrrrggghhhh!!!!!” Kemarahan Harimau semakain memuncak,
ambisi untuk mengusai hutan telah menutup mata hatinya, bahwa di hadapannya
adalah Gurunya.
“HHHHmmmmhhhh… Kau
benar-benar berubah sekarang muridku, sadarlah muridku…..” Jawab Kucing itu
mencoba meenenangkan muridnya.
“Ah, dasar Kucing tak
tahu di untung!!!!!!, Akau akan membunuhmu……………!!!!!” Harimau segera memasang
kuda-kuda dan menerkam Gurunya.
Kucing tak kalah sigap,
dengan secepat kilat ia segera menghindar dan melompat ke atas pohon. Air
matanya jatuh menetes melihat keberingasan murid yang ia sayangi itu. Ia duduk
di dahan pohon Randu Hutan yang selama ini ia jadikan rumahnya. Harimau
menunggu di bawah dan mengaum keras, menahan segala rasa marahnya.
Akhirnya setelah sekian
lama menunggu, Harimau itu lelah juga.
“hai Kucing tak tahu
diuntung, aku akan membiarkanmu pergi, aku tak ingin melihat wajahmu lagi di
sini… pergilah kau jauh-jauh, jangan samapai aku mencium bau kotoranmu, karena
kalau samapai aku mencium aroma kotoranmu akau tak segan-segan akan membunuhmu
dan seluruh keturunanmu” Harimau itu bergegas pergi meninggalkan pohon randu
Hutan itu.
Dengan penuh kesedihan
dan luka hati yang dalam Kucing itu pergi meninggalkan hutan itu menuju
perkampungan di pinggir hutan. Kucing itu selalu mengingat ucapan Harimau itu.
Setiap kali membuang hajat ia akan menutupinya dengan tanah dan memastikan
bahwa tidak ada bau yang tercium keluar. Ia wariskan pengetahuan itu kepada
seluruh anak dan cucu-cucunya agar setiap kali membuang kotoran, kotoran itu
harus ditimbun dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang keluar agar
Harimau tidak datang untuk membunuhnya.
UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
Unsur-unsur intrinsik
dari cerita “Harimau dan Kucing” diantaranya :
1.
Tema
Adapun tema dari cerita fiksi Harimau dan Kucing adalah kesombongan murid yang lupa dengan
gurunya. Hal ini dapat dilihat dari
cerita Harimau yang lupa diri ingin menguasai hutan dan lupa terhadap Kucing
yang sebagai gurunya yang telah mengajarkan ilmu kepada harimau. Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau
menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman
bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya
lagi, Harimau semakin lupa diri. Kalau dulu harimau membunuh Kijang dewasa
untuk makan, sekarang ia telah berani membunuh anak Kijang atau rusa hanya
untuk kesenangan saja, keamanan dan ketentraman hutan menjadi terganggu.
2.
Alur/Plot
Alur dari cerita Harimau dan Kucing adalah alur maju. Dimana cerita mempunyai rangkaian peristiwa yang
urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke
depan terus.
Kutipan cerita:
Dahulu
kala, Kucing adalah guru harimau. Kucing, Sang Guru berwarna Putih, berekor
panjang, nampak gemuk dan menggemaskan. Sedangkan Sang Murid, Harimau
sebenarnya hampir mirip dengan Kucing, namun berperawakan besar dengan tubuh
berwarna orange dan dihiasi garis-garis loreng yang berwarna hitam, Taringnya
besar dan tajam dan terlihat seram.
Waktu
terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia
menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan
itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri.
Alur
meliputi beberapa tahap, dalam cerita ini tahapnya yaitu :
- Pengantar
Adapun
pengantar dari cerita ini terjadi di hutan, Harimau merupakan murid dari Kucing.
Kutipan dari cerita:
Dahulu kala, Kucing adalah guru harimau. Kucing,
Sang Guru berwarna Putih, berekor panjang, nampak gemuk dan menggemaskan.
Sedangkan Sang Murid, Harimau sebenarnya hampir mirip dengan Kucing, namun
berperawakan besar dengan tubuh berwarna orange dan dihiasi garis-garis loreng
yang berwarna hitam, Taringnya besar dan tajam dan terlihat seram. Mereka
sangat akrab dan saling menyayangi satu sama lain. Kucing dengan sabar
mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan. Harimau dengan suka
cita dan penuh semangat menimba ilmu dari Gurunya.
- Penampilan masalah
Penampilan
masalah dari cerita ini yaitu Harimau
semakin lama semakin mahir dengan ilmu yang diberikan oleh Kucing, dan Harimaupun
semakin lupa diri dan ingin menguasai hutan. Kutipan cerita :
Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan
takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang
hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa
diri. Kalau dulu harimau membunuh Kijang dewasa untuk makan, sekarang ia telah
berani membunuh anak Kijang atau rusa hanya untuk kesenangan saja, keamanan dan
ketentraman hutan menjadi terganggu.
- Puncak ketegangan / klimaks
Klimaks dari
cerita ini yaitu ketika Harimau ingin menguasai seluruh isi hutan dan ia
meminta kepada Kucing sang gurunya untuk memberikan ilmu memanjat pohon agar ia
bisa menangkap burung dan tupai, sehingga ia dapat menguasai hutan, namun
Kucing tidak memberikannya dan Harimau pun mengancam untuk membunnuhnya.
“Aku Kan membunuhmu!!!!!, aku harus menghancurkan siapapun
yang menghalangi langkahku untuk menjadi penguasa hutan ini…..
“Grrrrggghhhh!!!!!” Kemarahan Harimau semakain memuncak, ambisi untuk mengusai
hutan telah menutup mata hatinya, bahwa di hadapannya adalah Gurunya.
- Ketegangan menurun / antiklimaks
Ketika masalah
telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang, yaitu
ketika Harimau sudah lelah menunggu Kucing dan ia pun meninggalkannya dan ia
mengusir kucing itu dari hutan.
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, Harimau itu lelah
juga.
“hai Kucing tak tahu diuntung, aku akan membiarkanmu pergi,
aku tak ingin melihat wajahmu lagi di sini… pergilah kau jauh-jauh, jangan
samapai aku mencium bau kotoranmu, karena kalau samapai aku mencium aroma
kotoranmu akau tak segan-segan akan membunuhmu dan seluruh keturunanmu” Harimau
itu bergegas pergi meninggalkan pohon randu Hutan itu.
- Penyelesaian / resolusi
Ketika masalah
telah dapat diatasi atau diselesaikan, yaitu kucing pergi meninggalkan hutan
itu.
Dengan penuh kesedihan dan luka hati yang dalam Kucing itu
pergi meninggalkan hutan itu menuju perkampungan di pinggir hutan. Kucing itu
selalu mengingat ucapan Harimau itu. Setiap kali membuang hajat ia akan
menutupinya dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang tercium
keluar. Ia wariskan pengetahuan itu kepada seluruh anak dan cucu-cucunya agar
setiap kali membuang kotoran, kotoran itu harus ditimbun dengan tanah dan
memastikan bahwa tidak ada bau yang keluar agar Harimau tidak datang untuk
membunuhnya.
3.
Tokoh/Penokohan
Adapun
tokoh dan penokohan dalam cerita fiksi Harimau dan Kucing ini, diantaranya:
a.
Kucing dalam
cerita ini adalah tokoh yang protagonis. Kucing digambarkan dengan watak yang
sabar.
b.
Harimau dalam
cerita ini adalah tokoh yang antagonis, harimau digambarkan dengan watak yang
sombong dengan kemampuannya.
Cara penggambaran watak dari tokoh yang ada dalam
cerita ini yaitu dengan cara analitik, dimana pengarang menceritakan atau
menjelaskan watak tokoh cerita secara langsung. Kutipan cerita :
a.
Kucing :
Kucing
dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan.
b.
Harimau :
Waktu
terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia
menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan
itu.
4.
Latar/Setting
Dalam cerita
fiksi, latar dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Latar tempat
Adapun latar tempat dalam cerita ini yaitu di dalam hutan.
Kutipan cerita: Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari
memancarkan sinar kebahagiaan di dalam
hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar
matahari yang menerpa wajahnya pagi itu.
b. Latar waktu
Adapun latar waktu dalam cerita ini yaitu pada pagi hari.
Kutipan cerita : Pagi hari menjelang,
Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam
hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar
matahari yang menerpa wajahnya pagi itu.
c.
Latar social
Adapun latar social dalam cerita
tersebut yaitu kehidupan harimau di huutan yaitu untuk bebrburu mangsanya. Kutipan
cerita :
Kucing
dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan.
d.
Suasana
Adapun
suasana dalam cerita tersebut yaitu tegang dan sedih. Ketika harimau ingin membunuh
kucing, dan kucing merasa sedih melihat tingkah laku muridnya yaitu harimau
menjadi sombong dan lupa diri.
5.
Sudut pandang/Point of View
Dalam cerita ini penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view). Hal ini dikarenakan
tokoh-tokoh dalam cerita selalu menyebutkan nama, atau kata gantinya: ia, dia. Nama-nama tokoh cerita, khususnya
yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan
kata ganti.
Kutipan Cerita :
Kucing tak kalah sigap, dengan secepat kilat ia segera
menghindar dan melompat ke atas pohon. Air matanya jatuh menetes melihat
keberingasan murid yang ia sayangi itu. Ia duduk di dahan pohon Randu Hutan
yang selama ini ia jadikan rumahnya. Harimau menunggu di bawah dan mengaum
keras, menahan segala rasa marahnya.
6.
Gaya Bahasa
Gaya
bahasa yang terdapat dalam cerita tersebut yaitu adanya diksi atau pemilihan
kata yang tepat yang sesuai dengan tema dan persoalan, latar, waktu yang ada
dalam cerita tersebut. Selain diksi ada pula gaya bahasa yang tetrdapat dalam
cerita tersebut yaitu gaya bahasa Personifikasi dimana penulis menggambarkan
benda/material seperti sifat manusia.
Kutipan
cerita :
Pagi
hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar
kebahagiaan di dalam hutan itu.
7.
Amanat
Adapun amanat dalam novel ini
adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak sombong dengan apa yang kita punya, dan
jangan sampai seperti kacang yang lupa dengan kulitnya. Kita harus selalu ingat
kepada orang yang telah memberikan ilmu atau jasa kepada kita.
1.
Nilai Agama
Adapun
nilai agama yang terdapat di dalam cerita tersebut yaitu harus saling
menghargai sesama ciptaan sang Maha Kuasa. Selain itu, kita jangan takabur
dengan kemampuan yang kita miliki, dan harus selalu rendah hati.
2.
Nilai Moral
Adapun
nilai moral yang terkandung dalam cerita tersebut yaitu jangan jadi orang yang
sombong dengan apa yang kita miliki, harus selalu ingat dan menghormati orang
yang telah memberikan ilmu dan jasa kepada kita. Selain itu, sebagai guru kita
harus sabar menghadapi muridnya.
3.
Nilai Budaya
Kebiasaan
yang dilakukan harus sesuai dengan kodratnya. Misalnya berburu hanya untuk
mencari makan saja, jangan sampai hanya ingin menjadi penguasa.
4.
Nilai Sosial
Harus
saling menghormati kepada yang lebih tua dan harus saling menghargai dengan
sesama.
5.
Nilai Politik
Menjadi
penguasa bukan hanya untuk menindas yang lemah.menjadi penguasa jangan menjadi
sombong dan takabur.
6.
Nilai Sastra
Nilai-nilai
sastra yang tersirat dalam cerita ini adalah nilai-nilai yang mendorong
seseorang untuk menghargai gurunya yang telah memberikan ilmu.
DAFTAR
PUSTAKA
Triyanto,
Fajar. (2012). Dongeng Harimau dan Kucing.
[Online]. Tersedia: http://fiksi.kompasiana.com/dongeng/2012/05/20/dongeng-harimau-dan-kucing/.
[23 Mei 2012] .
analisis yang hebat..
BalasHapusilmu yang bermanfaat
makasih dongeng dan tulisannya.
BalasHapusmasukan nih ....
kok kelas rendah sih mbak...? kalau ada rendah ada tinggi.
gunakan istilah kelas bawah (1-3)dan kelas atas (4-6)